Search

Geografi Manusia

berbagi dan mengabdi

Category

Digesting

Risalah Kebangkitan

Satu diantara kajian penting yang perlu menjadi bahan kajian anak muda saat ini, kiranya dapat mengambil naskah Said Nursi yang satu ini.

Di bagian awal buku ini, disampaikan oleh penerjemah biografi singkat penulisnya, Said Nursi lahir pada 1293 H (1876 M) di desa Nurs, daerah Bitlis, di sebelah timur Anatolia. Ia berguru kepada kakaknya, al-Mala Abdullah. Pada masa itu, ia hanya belajar ilmu nahwu dan sharaf (gramatika). Kemudian ia berpindah-pindah ke berbagai kampung dan kota di antara sejumlah guru dan madrasah dengan mempelajari ilmu-ilmu keislaman dari beberapa buku induk dengan penuh ketekunan. Hal itu ditambah dengan kecerdasannya yang cemerlang seperti yang diakui oleh seluruh gurunya setelah menerima beragam ujian sulit yang diberikan oleh setiap mereka. Kecerdasan yang ia miliki menyatu dengan kekuatan ingatannya sehingga tidak heran jika ia mempelajari sekaligus mampu menghafal buku Jam’ul Jawâmi’ pada bidang ushul fiqh hanya dalam satu minggu.

Continue reading “Risalah Kebangkitan”

Pohon yang berbuah

Ini adalah kitab yang ditulis Imam Ghazali. Pemikir dan teologi Muslim yang masyhur. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di Timur Tengah, dan bahkan dunia. Nama dunianya, algazel. Pemikiran-pemikirannya sangat popluar dalam nalar dan kehidupan umat Islam, khususnya mereka yang menekuni teologi Ahlu Sunnah wal Jamma’ah.

Kitab yang ada di sini, berjudul Ya Ayyuhal Walad, Wahai Annakku. Buku sederhana, namun memiliki tema dan analisis yang mendalam. Bahkan, mungkin, dapat disebut. inilah penyampaian al-Ghazali tentang ilmu atau agama atau praktek ibadah, yang disampaikan langsung dalam konteks nasihat kepada anak-anaknya.

Continue reading “Pohon yang berbuah”

Inspirasi dari Mata Matika

Menarik. Buku ini, dapat dikatakan, sebagai salah satu model latihan mengembangkan keterampilan menggali inspirasi. Sebuah pengalaman yang sejatinya, dapat dialami oleh siapa saja, namun tidak semua orang bisa merasakan, dan menemukan inspiasinya. Buku “Mata Matika, Taktik Menemukan Karakter Dalam Matematika”, adalah karya dari Falensius Nango, dkk., menarik untuk dibaca.

Betul. Lembaran karya yang tidak terlalu tebar, hanya 153 halaman, namun memiliki bobot penggairahan intelektual dan emosional dan sangat mendalam. Setidaknya, kita sebagai pembaca akan diajak untuk menemukan sisi lain, dari proses berpikir matematika, yang selama ini, dianggap sulit dan atau mungkin lebih diartikan sekeda hitung-hitungan.

Continue reading “Inspirasi dari Mata Matika”

Indonesia dan Otonomi Daerah

Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa akan kuat bila dibangun di atas sistem yang kongruen, keterkaitan secara sistemik antara komponen-komponen yang berada di  dalamnya, termasuk hubungan antara pusat dan daerah.  Otonomi daerah adalah konsep untuk memperkuat kongruensi ini, di mana Indonesia dibangun secara kokoh dari kemajemukan daerah dan suku-bangsanya.

Otonomi daerah adalah konsep untuk membuat pembangunan daerah lebih baik, rakyatnya lebih sejahtera, dan karena itu kemudian diharapkan akan semakin memperkuat negarabangsa Indonesia itu sendiri.  Otonomi daerah adalah konsep untuk mencegah separatisme, dan karena itu sukses Otonomi daerah pada gilirannya diharapkan memperkuat negara-nangsa Indonesia. Otonomi daerah dibangun dalam konteks demokrasi, dan harus memperkuat demokrasi itu sendiri.

baca : Agama, Komoditas Ekonomi dan Politik

Sudah sekitar satu windu otonomi daerah digelindingkan, dan sampai hari ini masih banyak yang meragukan apakah otonomi daerah dapat memperkuat Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa. [1]

Continue reading “Indonesia dan Otonomi Daerah”

Teknologi Komunikasi : Perspektif Antropologi

Seiring perkembangan zaman, kini dapat dengan mudah melihat aneka jenis alat dan teknologi komunikasi. Mulai dari TV, Internet,  Satelit, Telex, Fax, dan yang paling modern adalah telepon selular. Demam BB (Black Berry) telah menjadi demam kultural di awal tahun 2000-an.  Jenis atau ragam alat dan teknologi komunikasi ini, akan terus berkembang.

Persoalan yang muncul adalah bagaimana antropologi memandang fenomena ini ? adakah perubahan budaya masyarakat akibat adanya perubahan teknologi ? akankah teknologi komunikasi ini, mampu menghadirkan ciri khas baru dalam budaya masyarakat modern ? itulah, sebagian pertanyaan yang perlu diajukan di sini, dan perlu mendapat cermatan dari semua pihak, khususnya yang melakukan kajian pada aspek antropologi komunikasi bidang alat dan teknologi.

Teknologi Sebagai  Fakta Budaya

Kita sering menggunakan istilah teknologi. Melihat ponsel (telepon selular), kita akan sebutnya sebagai produk teknologi. Kemudian benda-benda yang lainnya, seperti TV, Motor, Mobil, pesawat, rice cooker, lemari es, dan juga laptop atau tablet, adalah beberapa contoh dari produk teknologi.  Kemudian, ada juga yang menyebut dengan istilah teknologi canggih, teknologi tepat guna, dan atau teknologi berwawasan kemanusiaan.  Keragaman penyebutan itu, menunjukkan bahwa perhatian manusia terhadap teknologi itu memang sangat cermat, dan akan terus dilakukan.

Continue reading “Teknologi Komunikasi : Perspektif Antropologi”

Siklus Learn, Unlearn, Relearn

Tahun 1970-an, karya Alvin Toffler banyak diburu masyarakat. Tulisan, gagasan, atau idenya, benar-benar mengguncang pemikiran, dan serta merangsang pemikiran banyak pihak. Tak mengherankan bila kemudian memancing diskusi di berbagai tempat, khususnya terkait dengan ragam ramalan yang disampaikannya.

Salah satu gagasan Alvin Toffler, yang kemudian menguat kembali di awal abad 21 ini, yakni terkait makna buta huruf (illiterate). Menurut Alvin Toffler, mereka yang disebut buta huruf itu, bukanlah mereka yang tidak bisa membaca atau menulis (read and write). Keterampilan serupa ini, bukan sudah banyak bisa dilakukan orang, dan sudah tidak penting lagi untuk dibicarakan. Sebutan buta huruf itu, lebih diarahkan kepada mereka yang tidak bisa belajar mengenai bagaimana cara belajar. Di tahun-tahun itu, Alvin Toffler mengatakan, “Tomorrow’s illiterate will not be the man who can’t read; he will be the man who has not learned how to learn”.

Continue reading “Siklus Learn, Unlearn, Relearn”

Tipe-tipe Penulis

Sejatinya, tidak mesti menyalahkan teknologi internet. Karena, dengan kehadirannya internet, kesalahan atau tindak kejahatan kerah putih (white collour crime) ini, mestinya dapat dicegah, dihindari dan diminimalisir atau malah dihilangkan. Tetapi, sampai saat ini, kita memang belum melihat upaya sistematis dan populis, dalam menghalau masalah ini.

Sebagaimana diketahui bersama, di dunia akademik (catat : dunia akademik, bukan dunia politik) masalah kejujuran pada diri sendiri dan orang lain, merupakan harga mati. Tidak boleh ada niat sedikitpun, dari setiap para pelaku akademik untuk menutupi kebenaran. Dalam konteks inilah, saya jadi ingat ucapan Noam Chomsky yang mengatakan bahwa tanggungjawab moral kaum cendikia (akademik) adalah menyuarakan kebenaran. Atau istilah Rasulullah Muhammad Saw, kita berkewajiban untuk menyuarakan kebenaran, walau terasa pahit dibuatnya.

Continue reading “Tipe-tipe Penulis”

Retorika Setan

Untuk konteks zaman modern ini, atau era millennial, ragam informasi hadir ke tengah kita. Dari ragam sumber, dengan ragam nilai. Andai kita tidak memiliki filter atau kecerdasan dalam memilah informasi, maka potensial diri kita akan terjebak pada kesesatan jalan, atau kesalahan yang fatal.

Demikian pula, saat kita dihadapkan pada tahun politik. Masa kampanye, yang banyak dilakukan oleh kandidat, baik itu kandidat  pemerintah daerah kabupaten/kota, kandidat gubernur/wakil gubernur, atau presiden dan wakil presiden, dan calon legislative, ragam iklan dan kampanye politik akan banyak kita saksikan bersama. Mereka akan hadir di hadapan kita, dengan misi, dan kepentingannya masing-masing. Hal yang unik, dan bakalan sereagam, yakni mereka menawarkan gagasan idealnya dengan menggunakan retorika optimal, yang dia bisa lakukan.

Continue reading “Retorika Setan”

Kekerasan Terhadap Media

Tindak kekerasan terhadap media ini, dapat terjadi dalam beberapa bentuk, dan dilakukan oleh beragam pihak. Berdasarkan  informasi dan kasus yang pernah terjadi di tengah-tengah masyarakat kita, dapat dirumuskan bahwa tindak kekerasan terhadap media itu, dapat terjadi dalam beragam bentuk. Bentuk-bentuk populer yang seringkali terjadi di tengah masyarakat itu adalah (a) kekerasan individu, terhadap individu jurnalis, (b) kekerasan kelompok massa terhadap awak media, (c) kekerasan kelompok massa terhadap fasilitas media, seperti kantor, dan (d) kekerasan negara terhadap individu, serta (e) kekerasan negara terhadap media massa.

Pertama,  kekerasan individu, terhadap individu jurnalis. Kekerasan terhadap media,  dapat terjadi dalam bentuk tindak kekerasan terhadap individu. Seperti yang dapat kita terima dari berita diturunkan berikut :

Continue reading “Kekerasan Terhadap Media”

Blog at WordPress.com.

Up ↑