Search

Geografi Manusia

berbagi dan mengabdi

Etika Belajar Mengajar versi Imam Nawawi

Bagi masyarakat awam, mungkin lebih kenal dengan kitab Hadis Arbain, dibandingkan kitab adabul alim wa muatalim. Tetapi, bagi dunia pesantren, kedua kitab ini, sudah tidak asing lagi. Kedua kitab ini, menjadi menu harian dan atau sajian pokok di setiap pesantren, khususnya pesantren salafi bermasbah ahlu sunnah wal jamaah.

Sekarang, bagi kita yang awam, yang tidak mencicipi dunia pesantren (pendidikan khusus KeIslaman), dapat menikmati karya Imam Nawawi (semoga Allah merahmatinya). Kitab adabul alim wa muta’alim merupakan karya akademis yang dikhususkan untuk mengulas mengeai etika mencari ilmu, etika belaja, etiak mengajar dan juga etika memberikan fatwa atau menarik dan memublikasikan keputusan.

Satu diantara gagasannya, yang menarik, adalahkajian mengenai jenis-jenis mufti. Mufti (pemberi fatwa hukum), ternyata dibagi dua, yaitu mufti independen (mustaqil), dan mufti berafiliasi pada mazhab (muntashib). Mufri independen, memiliki otoritas metodologi sendiri, sedangkan yang berafiliasi menggunakan model atau metodologi dari seorang mufti independen.

Continue reading “Etika Belajar Mengajar versi Imam Nawawi”

Keutamaan Kaum Perempuan

Raden Dewi Sartika, adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia. Beliau, merupakan penulis, pemikir dan pejuang, khususnya dalam bidang gerakan pemberdayaan perempuan dan pendidikan. Pikiran-pikirannya, dituangkan dalam karya, dan juga program aksi, yaitu sekolah kaum perempuan (Sakola Istri).

Beberapa waktu lalu, menemukan kumpulan tulisan yang ternyata berisikan rangkaian tulisan dari Karya Raden Dewi Sartika, yang berjudul “Kautamaan Istri”. Di sini diunggah ulang, dengan maksud dan tujuan memublikasikan sekaligus juga mengenalkan kedalamam gagasan dan kecerdasannya sebagai pejuang perempuan Indonesia.

Dia bukan hanya menulis, dan memiliki ide, tetapi merealisasikannya dalam sebuah program aksi. itulah Dewi Sartika !

Geopatologi Harian

Ini sekedar ulasan sepintas lalu. Artinya, uraian dan paparannya, masih bersifat coba-coba, atau dalam istilah akademiknya eksperimen-pemikiran. Bentuk eksperimennya, yakni mengajukan istilah geopatologi.

Lho kok bisa ?

Iya, memang ide ini muncul karena minggu ini menemukan buku klasik karya Sigmund Freud, berjudul Psikopatologi Harian. Buki ini, menarik. Menarik untuk dikaji. Karena memberikan sebuah pemetaan baru, terkait kesadaran kita. Khususnya kesadaran harian yang terjadi memiliki problem serius dilihat dari sisi psiko-analisis. kegiatan harian kita itu, termasuk lupa mengingat nama, kesalahan dalam membaca dan menulis.

Nah, karena alasan itu, terinspirasi untuk melihat sejumlah kelakuan kita, yang ada kaitannya dengan geopatologis dalam kehidupan harian.

Menyimpan baju kotor di pagar, dalam rumah. Disimpan dalam waktu lama, hingga tidak sadar sampai bau, atau mengundang nyamuk.

Menyimpan buku di rak buku, sembarangan, hingga tidak sadar membuat keadaan rumah menjadi semrawut bak perahu jatuh dari langit.

Menyimpan mainan di tempat yang karuan, hingga ruang tengah rumah, ibarat kapal karam di dalam lautan.

Nah, semua itu, bentuk nyata kesalahan perilaku manusia dengan pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, gejala itulah yang kemudian penulis anggap sebagai bentuk Geopatologis.

Gimana ?

Montologi dan Vulkanologi

Faka geologinya, gunung dan gunung api itu berbeda. Kebanyakan diantara kita, lebih memokuskan perhatian pada akivitas dan dinamikka gunung api. Sehingga tidak mengherankan, bila konsep vulkanologi lebih banyak didengar dan dikenal oleh masyarakat kita, dibandingkan dengan ilmu yang mempelajari pergunungan.

Dua situasi itu, memang terasa paradoks. Satu sisi, gunung dibicarakan sebagai bencana alam, yaitu gunung api, dan jenis kedua adalah gunung dalam pengertian bentang alam yang ramah-kehidupan. jenis yang kedua itu, kemudian dipelajarinya adalah ilmu gunung atau montology.

Continue reading “Montologi dan Vulkanologi”

Tulisan A. Koorevaar, abad XIX, tentang Bursa Efek Zaman Doeloe

Ini mungkin salah satu naskah unik, yang bisa kita telaah hari ini. Sebuah tulisan perjalanan, di abad XIX, yang menceritakan sanatorium yang dibangun di Hindia Belanda, dan juga menceritakan kota Kopenhagen, yang menjadi pusat ekonomi di masa itu. Berikut petikan, mengenai Kopenhagen.

Siapa pun yang mengunjungi ibukota Denmark akan mengaturnya sedemikian rupa sehingga ia akan memasuki pelabuhan di malam hari atau setidaknya di malam hari, karena dari sudut pandang keindahan, lokasi Kopenhagen dapat dibandingkan dengan Napoli, Lisbon, Stockholm, dan Konstantinopel dan oleh karena itu juga menarik dan indah di siang hari, pengiriman pedalaman malam hari tak terlupakan. Kota yang dijejali oleh laut memiliki karakter benteng, tetapi benteng modern, yang bentengnya terletak jauh di laut sebagai benteng yang hampir tak tertembus, melingkari Sond dengan karangan bunga dan melindunginya di Selatan dan Timur.

Continue reading “Tulisan A. Koorevaar, abad XIX, tentang Bursa Efek Zaman Doeloe”

Keadilan dan Kerahmatan

Satu dari sekian keindahan moral kemasyarakat, Islam memberi penekanan pentingnya menjaga kerukunan dan keharmonian. Pesan ini, sangat kental dan terasa dalam al-Qur’an.  Mari simak Bersama, firman Allah Swt :

وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ فِيْهِمْۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ ٣٣ ( الانفال/8: 33)

Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama engkau (Nabi Muhammad) berada di antara mereka dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama mereka memohon ampunan.  (Al-Anfal/8:33)

Saat bacaan al-Qur’an sampai ke ayat ini, hati dan pikiran ini terhenti sesaat. Berhenti dan sekaligus terkagetkan. Kaget, karena ada lintasan pikiran yang hadir, yang memuat sejumlah pertanyaan. Apa, mengapa dan pesan moral apa dibalik firman Allah Swt ini.

Continue reading “Keadilan dan Kerahmatan”

Takdir itu, dipengaruhi orang lain !

Takdir. Satu istilah yang sangat complicated atau kompleks banget dalam masalah pemikiran umat Islam. Disebut demikian, karena istilah ini sudah menjadi khazanah pemikiran Islam, khususnya dalam Ilmu Kalam sejak dulu. Hingga sekarang ini, masih terus ramai dibincangkan, dan seakan tidak pernah kering dan mengering luas makna, dan kontroversinya.

Pendukung kanan dan kirinya, masih terus hidup. Setidaknya ada tiga kelompok utama yang ada dalam konteks ini, yaitu jabariyah, qadariyah dan asy’ariyah. Pilihan ketiga, kerap disebut jalan ketiga dari dua ekstrim pemikiran ilmu kalam tersebut. Jabariyah mengartikan bahwa segala sesuatu sudah ditetapkan Tuhan. Qadariyah, manusia memiliki kebebasan mutlak untuk menentukan masa depannya. Sedangkan Asy’ariyah meyakini ketentuan Tuhan dan ikhtiar manusia memiliki porsi tertentu dalam menentukan keberhasilan atau perubahan di hari esoknya.

Continue reading “Takdir itu, dipengaruhi orang lain !”

Permukaan Bumi Paska Kiamat

Menelaah mengenai morfologi unik paska kiamat, kiranya dapat menelaah pesan Allah Swt pada surat Thaha ayat 105-112. Wahbah az-Zuhaili mengelompokkan ayat ini, dalam satu tema khusus, yang bisa dibedakan dengan pesan Ilahi pada kelompok ayat sebelumnya, atau sesudahnya. Sementara Ibnu Katsir, membuat kelompok tema ayat ini, hanya pada ayat 105-108 saja. Logika yang dapat kita temukan dari ibnu Katsir, empat ayat selanjutnya (Thaha, 20:109-112) masuk pada kategori penjelasan mengenai kondisi non-fisik perubahan kehidupan di dunia, paska kiamat. Sedangkan 3 ayat sebelumnya (105-108), lebih menekankan pada situasi dan kondisi fisik bumi saat dan setelah kiamat.

Kisah bermula dari sebuah pertanyaan, “apa yang akan terjadi pada gunung-gunung di permukaan bumi, di hari kiamat nanti?”.  Apakah gunung-gunung, yang ada hari ini, tampak tinggi, besar, kokoh, dan kuat  itu masih tetap ada, ataukah kelak akan lenyap?

Continue reading “Permukaan Bumi Paska Kiamat”

Risalah Kebangkitan

Satu diantara kajian penting yang perlu menjadi bahan kajian anak muda saat ini, kiranya dapat mengambil naskah Said Nursi yang satu ini.

Di bagian awal buku ini, disampaikan oleh penerjemah biografi singkat penulisnya, Said Nursi lahir pada 1293 H (1876 M) di desa Nurs, daerah Bitlis, di sebelah timur Anatolia. Ia berguru kepada kakaknya, al-Mala Abdullah. Pada masa itu, ia hanya belajar ilmu nahwu dan sharaf (gramatika). Kemudian ia berpindah-pindah ke berbagai kampung dan kota di antara sejumlah guru dan madrasah dengan mempelajari ilmu-ilmu keislaman dari beberapa buku induk dengan penuh ketekunan. Hal itu ditambah dengan kecerdasannya yang cemerlang seperti yang diakui oleh seluruh gurunya setelah menerima beragam ujian sulit yang diberikan oleh setiap mereka. Kecerdasan yang ia miliki menyatu dengan kekuatan ingatannya sehingga tidak heran jika ia mempelajari sekaligus mampu menghafal buku Jam’ul Jawâmi’ pada bidang ushul fiqh hanya dalam satu minggu.

Continue reading “Risalah Kebangkitan”

Blog at WordPress.com.

Up ↑